Kamis, 09 Juni 2011

NYANYIAN PENGEMBARA DI RELUNG SUNYI SAAT SENDIRI

NYANYIAN PENGEMBARA

jauh jalan kutempuh
kaki melepuh pikiran kumuh
kepada-Mu segala berlabuh

2011

DI RELUNG SUNYI

tiada yang benar-benar sunyi
sebab hatiku melagukan nama-nama
menghirup huruf keharuman:
puisi abadi

2011

SAAT SENDIRI
: nabila dewi gayatri

mataku tiada henti menyapu wajahmu
aku ingin menjadi kuas
di luas lukisan kesejatian wajah

2011

Selasa, 07 Juni 2011

DI BUKU HARIAN KAU MENCIUM NISAN

DI BUKU HARIAN

selalu saja kauselipkan pembatas halaman
setelah menuliskan bahasa airmata
mencaricari seteguk cuka
selalu saja kautandai sebagai alamat tamat

2011

KAU MENCIUM

begitulah, tak pernah lelah
memasuki taman bunga
memilah kelopakkelopak
memilih warna mengorak
~ adakah aroma-Nya terkulum?

2011

NISAN

kutandai namaku pasti
di batu nisan ini
abadilah sebagai pualam

2011

DI PANTAI KEEMPAT RINDU TERDEKAP

DI PANTAI KEEMPAT

kaulumat bibirku
di tengah deras arus-Mu
di pantai keempat
sebelum jarak
terlipat!

2011

RINDU

inikah rupa rindu?
batubatu menahan deru arus
tegak menyangga awan dan hujan
terus mengarus di luas rengkuhanku yang ringkih

2011

TERDEKAP

apakah yang terdekap?
mayatmayat
apakah yang mendekat?
bibir maut melumat penuh hasrat


2011

DUDUK SENDIRI DI AYUNAN INGAT JALAN PULANG

DUDUK SENDIRI

diaduk sepi, secangkir kopi berpikir sendiri
apakah yang bergerak di cuaca berserak?
awan berarak serupa hewan ternak
siapa pula pengembalanya?
ah, sajak ini mengajak merenung
naik ke puncak gunung yang murung
atau tentang sekawanan burung yang putih
tak letih menyusuri pelangi senja sebelum malam
benarbenar mengisyaratkan tidur panjang

2011

DI AYUNAN

aku ingin jadi orok yang nyenyak dalam buaian Kasih-Mu
dininabobokkan oleh tembang yang mengambang
penuh irama gelora mencinta dan mencipta
cintailah aku sebagaimana Dia mencipta semesta
aku ingin diasuh dan dibasuh oleh gericik air bening
airmata rindu dan keharuan
aku ingin menikmati ayunan
penuh nyanyian
mendamaikan

2011

JALAN PULANG

duduk sendiri
di ayunan ini
aku teringat jalan pulang
serupa sekawanan burung terbang
menuju pulang ke sarang keabadian!

2011

Sabtu, 04 Juni 2011

O KUCING MENGAMUK BAPAK MENGAYUN KAPAK

spesial untuk sutardji calzoum bachri


telah katam kubacabaca kredo hingga ke sembilanpuluhsembilan
tuhan tak mengijinkan langkah kaki menemu o sebab kucing mengiau dan mengigau selalu
dalam aortaku mencakarcakar gelisah rasa seperti juga bapak yang mengayunkan kapak ibrahim
memenggal kepala berhala berhala di dada memancung dan memancangnya di tugutugu
lalu orangorang datang berduyunduyun membaca mantra o berhala obama
o berhala amerika o terror bom mengancam dan jihad menapakkan jejak pedang
di sembarang tanah lapang di sepanjang gang dan loronglorong
menghadang pintu menjadi palang paling kaku!

o kucingta kau (baca: kucinta kau) serupa seorang bapak mengemas sajak
menenggak tuaktuak kata memabukkan
mengunyah mantramantra purba menjadi barah nanah
lalu kausembursemburkan di hadapan orangorang yang entah kenapa mau saja
mengurbankan sedikit uang jajan atau uang belanjaan untuk membeli alina
yang terselip di antara alinea antara jembatan penghubung dunia nyata dan maya
o mayat katakata di mana makam makna?

o kucing itu tak lagi mengamuk
bapak itu tak lagi mengayunkan kapak
sayapsayapnya melangit dengan kecipak kepak-Nya
lalu hening heneng sepi mamring
dari sunyi kembali ke bunyi
jalan suci memilih sufi
ilalang kian tumbuh kembang
bergoyang siang malam
membacabaca alifbata wau wau alifbata yaya
: sajadah pun membasah!

jambi, 3 mei 2011