Sabtu, 23 April 2011

KASTA, MAHKOTA, DAN RUANG PANDANG YANG BERBEDA

aku ingin menulis puisi. puisi ini kutulis saat hujan gerimis dan sepasang angsa berenang berkejaran di kolam depan rumah. angsa betina yang bersayap putih tak letih mengepakkan sayap-sayap cintanya, angsa lelaki yang bersayap hitam cenderung melindungi kekasihnya dari batu-batu yang dilemparkan oleh tangan-tangan kekuasaan ke tengah kolam. angsa betina dengan malu-malu berkata, "kanda, apakah ada mahkota cinta? apakah cinta memerlukan kasta?"

angsa jantan yang perkasa seperti kehilangan kata-kata. ia meraba dan menduga arah pertanyaan dan jawaban yang dikehendaki kekasihnya. dengan berbisik serupa kerisik angin angsa jantan itu pun mulai mengungkapkan perasaannya, "aku bersamamu telah bertahan dalam hitungan 25 tahun. riak dan onak telah mampu kita singkirkan bersama. batu-batu yang dilemparkan persis di tubuh kita saat bercinta kita biarkan tenggelam di dasar kolam. selain itu, aku tiada pernah memilah dan melilih atau membeda-bedakan kasih sayang. kepadamu rasa sayangku tak pernah berkurang sebab rasa sayang itu sungguh tak berbilang. kepadamu dan kepada binatang lain aku selalu memiliki cadangan kasih, sebab kasihku tak pernah pilih kasih".

"kakanda, menjelang ulang tahun pesta perak pernikahan kita, aku merasa ada sesuatu yang lepas dari jemari kita, melesat ke angkasa"

"ya, sewajarnya di ambang senja doa-doa kita meluncur dari sela-sela jari kita, meninggalkan ruas jemari, sekat-sekat perbedaan, atau kasta yang membuat kedirian kita ternista. bersama kita buat mahkota cinta dari daun gelombang cinta, kita padupadan dengan anturium dan anggrek bulan. kita siapkan pelaminan dari tenunan kasih sayang, kita perkuat sandaran kursi, pilar-pilar penyangga tenda. bersama kita menatap bianglala senja yang penuh warna".

"kanda, ah, kanda, andika seperti sediakala, sejak semola memang penuh romantika. tetapi, kenapa orang-orang selalu memiliki sudut pandang yang berbeda?"

"adinda, hakikat cinta itu berada di antara ruang maya dan nyata. cinta tak perlu dinyatakan, tetapi dilakukan. cinta tak pernah menuntut, melainkan selalu bertaut. beragam pandangan orang mengenai hakikat cinta semata-mata bergantung dari tebal dan tipisnya memaknainya. beragam pandangan itu juga bergantung apakah kata cinta itu dilekati harta, sanjung puja, atau dusta? biarlah orang bilang apa tentang cinta. yang nyata engkaulah angsa paling cantik dan menarik bagiku".

"kau dan aku, angsa-angsa putih tak letih mengurai buih, menterjemahkan riak dan ombak,  lalu bersama menunggang gelombang menuju ke keabadian".

di kolam cinta itu tak ada kasta, tiada mahkota, luruhlah pandangan tentang cinta.


Sanggar Kreasi, April 2011

Kamis, 21 April 2011

PUISI DI MATA KEKASIH

~ rita indrawati dan tiga putri dewi


aku bukanlah apa atau siapa, di matanya
sebuah puisi terbaca berdenting pada dinding hati
begitu jelas dan tandas: duri-duri yang tumbuh
di wajah bukanlah menjadi masalah, sebab daging
yang tumbuh di antara rongga buah durian
bebijian tunggal lebih kekal mengabadikan cinta

aku bukanlah benda atau berhala, di matanya
sebuah puisi sederhana mekar di luas tanah amanah
sajadah basah; di cerlang senyumnya mekar kuntum-kuntum melati
wangi puja-puji ke langit yang tinggi

aku bukanlah pertapa, di matanya
tumbuh makna seadanya; merona serupa bianglala
saat senja mengurai warna; di mata kekasih
aku adalah puisi yang tak selesai dimaknai
sebab setiap derap ada harap
setiap deru berdetak rindu
dan setiap ragu bersemi bunga doa
di mata kekasih!


bengkel puisi swadaya mandiri, jambi 2011
~ sebuah buku telah terbuka dan puisi senantiasa menyapa dengan cinta

Minggu, 17 April 2011

RIVER MAN AND JULIA

batanghari, oi, batanghari
menarilah bersama riak dan ombak
sebab sampan dan perahu melaju
ikanikan berenang di kedalaman dada senja

julia, oi, julia
dendangkan lagi desah suara itu
menyusup dan berdegup
di dinding dan tebing dada
berdentinglah serupa tuts piano
mencair dan mengalir di nadiku

salam jumpa wahai lelaki penjaga sungai
menyanyi dan menarilah bersama
mendesah dan pasrahlah dalam romansa jingga
sebab di sini, di tanggul sungai ini
telah kutandai segala riak dan ombak
saling desak bersama jutaan sajak

(berjuta puisi menafasi setiap melodi
berdenting bersama desah basah
membasuh lepuh keramba
makna!)


bengkel puisi swadaya mandiri, 12 april 2011

MENARI DI ATAS LIDAH API

~ bagi jejak kartini


bagi jejak kartini, kini, di sini
di bumi yang semakin menua:
bersama kita tuai tarian di atas lidah api

selendang kasih sayang membentang
di sepanjang lorong kehidupan
kemudian di antara selendang yang membelit selangkang
ialah ular berkepala dua, tak lelah menjulurkan lidah api
siap melumat hasrat yang bergelora

di atas permadani bergambar daun waru
tak letih aku menari dengan jiwa lepuh

sangar kreasi, 2011

MONOLOG SENJA, YESSIKA

telah kupintal kerinduan mendalam dalam diam
diamdiam kurajut warna senja bianglala di dada cinta, yessika
kubahasakan rasa terdalam ke dalam kolam jiwa
segalanya menuju muara
mengalirkan makna bersetia

sebagai lahar dingin, kuingin bersama merenda warna senja
sebagai bunga yang rekah pada musim bercinta
menjadi irama yang melantunkan aroma segala gelora, yessika
kejorakan lagi kerling mata pesonamu di ambang senja
sebagai kunangkunang saat malam
tumbuh sebagai embun di ujung daun

kepundan harapan terasa membukit
tumbuh di dada cinta
mengaroma di ujung senja
: yessika, yessika, yessika...


bengkel puisi swadaya mandiri, april 2011

TIGA BAIT BAGI IBU BUMI

ibu, ah, ibu bumi
berabad-abad engkau mengandung akar pohon
menampung air mata duka
lalu mengalirkannya ke lembah nestapa

ibu, ah, ibu bumi
wajahmu mengerut oleh erosi dan gas emisi karbon
engkau megap-megap, tak sanggup mengusap peluh yang leleh
engkau sempoyongan di atas telapak berdarah
tak lagi sanggup menengadah menyebut asma Allah
gunung di dadamu meletus dan menghamburkan magma
lahar dingin lalu mencair di atas kepingan segala keinginan

ibu, ah, ibu
luka itu robekan kain rindu di degup jantungmu
ibu, ah, ibu bumi
tragedi itu rengekan jutaan bayi kurang gizi
ibu, ah ah ah, ibu bumi
aku ingin menyusu dan menyusup ke rongga dadamu
bertapa di relung goa
berenang di atas gelimang gairah mencinta
ibu, ah, ibu bumi
hentikan segala yang bernama tragedi!


bengkel puisi swadaya mandiri, 2011

Rabu, 06 April 2011

SELOKAN ITU ...

selokan itu berkelok ke selatan
pada setiap lekuk ada ceruk dan lubuk
ikanikan menyelam ke relung paling dalam
helaihelai daun yang mengambang di permukaan
menjadi sampan dan perahu perahan rindu

selokan itu penuh dengan aliran seloka
pantun, talibun, dan gurindam
adat bersendi syara', syara' bersendikan kitabullah
puisi lama berendam menyambut kelahiran puisi baru
semangat mencipta penuh cinta

seloka itu bermuara ke laut lepas
ke hidup bebas
menghanyutkan segala doa yang rimbun
melangitkan harap terdekap
hingga malam memasang purnama
di dada Cinta!


sanggar kreasi, 2011

SIANG DI PADANG ILALANG

angin merendah dan mendesah
kesiut-Nya membelai ujung daun ilalang di padang
kuhikmati rintih pedihnya dalam untaian syair lama
"pucuk dicinta ulam tiba" ~ sebuah suara
entah dari belahan jiwa mana
mengambang di siang yang kerontang

"apakah maknanya?" tanyaku di kedalaman hati
ilalang di padang gersang itu pun menjawab dengan bilah lidahnya
yang tajam, "setiap tanya menuju alamat dan hikmah
bertanyalah kemana arah kaki melangkah!"

siang di padang ilalang
menyediakan ruang renung yang paling palung
"telah benarkah arah langkah kakiku
menuju-Mu, kekasih?"


sanggar kreasi, april  2011

Minggu, 03 April 2011

LILIN BAGI SAHABAT

: d. kemalawati, helvy tiana rosa, ardi nugroho

aku tak tahu persis berapa nyala lilin dalam tubuh waktu
yang terang
cahaya itulah aura dalammu

aku diam memantik lilin yang lain
yang kemudian leleh
dan tak lelah menggelar sajadah
membentang ke luas langit

saat kelam
cahaya lilin itu kelak jadi kunangkunang
di mata kekasih


bengkel puisi swadaya mandiri, jambi april 2011