Jumat, 30 September 2011

MENYISIR JEJAK SAJAK DI PANTAI KERINDUAN


[MENYISIR BERKAS SAJAK]
suara chairil menjauh saat sauh perahu dilabuh
suara issmail memanggil-manggil, menjejakkan telapak kaki di pasir
dan siti hajar pun berseru "zamzam" dan air itu tak pernah susut
terus memancar dan memencar ke seluruh penjuru padang pasir

[DI PANTAI]
irama kasidah dan rentak rebana di luas savana dada
terus mendetaak sebagai jarum jam, bergerak ke kanan
melingkari angka-angka: menghitung langkah

[KERINDUAN]
di pantai ini kumenemu cangkang kerang
teripang dan sebuah bayang yang mengejang
sementara riak dan ombak menjadi gelombang
menyapu nama-nama yang basah, dibasuh
lidah ombak serupa perahu kertas menuju cakrawala
nun jauh di sana!

30/09/2011

PUISIKU MENYUSUP LALU MENYUSU SEBELUM PADA AKHIRNYA MENYUSUT


[PUISIKU MENYUSUP)
larut di kedalaman dada laut
gelora-Nya senantiasa menggulung ombak resah
resahku. resah yang membuncah

aku tengadah di bawah rekah bibir-Mu
mendamba dan meminta usapan dan asupan cinta
melaratkan dan mendaratkan harap yang lindap

[LALU MENYUSU]
di geriap ayat-ayat
memaknai segala isyarat
sepanjang riwayat bercinta

aku ingin berlama-lama menyusu
segala yang bernama hakikat dan syariat
lengkap dengan hasrat saling dekap

[PADA AKHIRNYA MENYUSUT]
kembali menjadi remah
mengabu serupa debu
di kaki-Mu


29/09/2011

Sabtu, 17 September 2011

SEBUAH PUISI REKAH DI BERANDA DADA


SEBUAH PUISI REKAH DI BERANDA DADA
: usai membaca "surat cinta" dari melaka

[SEBUAH PUISI]
rekah di beranda dadaku, terada ada denyut
dan aroma maut saat namaku kausebut dan kausambut
benang-benang puisi kujalin sebagai tenun
menonjolkan kaligrafi sebuah hati

seperti juga senyum ranum
mekar di atas tikar saat tak lelah kuciumi wajah tengadah
tak kenal menyerah, terus terengah menyebut namamu
"tuan tuhan?", jawab penyair serupa suara desir
"maaf, jiwaku sedang berjalan-jalan mencari sandaran"

[REKAH]
daun dan kelopak puisi itu rekah
berkembang menjadi bakal buah

[DI BERANDA DADA]
tiada kata
hanya doa mengangkasa
menembus langit hitam awan gemawan

aku hanya mau kautawan
di beranda rumah cinta
peuh pijar cahaya pelita!


sanggar kreasi
14 september 2011

DI TEPI DANAU MENIKMATI BIANGLALA BERSAMA HERU EMKA


sajak dimas arika mihardja:
DI TEPI DANAU MENIKMATI BIANGLALA BERSAMA HERU EMKA

[Di Tepi Danau]

terasa benar kesejukan senyummu, emka
kau duduk di sebelahku mengelus kumis yang melebat
jadi hujan keharuan

sepasang angsa berenang di air yang tenang
menyisir alir yang meriak ke tepian danau
terasa kau dan aku sama merindu percik pesona
renjana jingga

bersama kita duduk
diaduk gelora mencinta:

[Menikmati Bianglala]

caakrawala langit terasa wingit
kita saling gamit, terkadang genit
menikmati bianglala di retina mata
dan terasa alangkah nikmatnya duduk bersama
diaduk dalam secangkir kopi atau teh hangat

merah kuning jinggalah warna cinta kita
berpendar di luas cakrawala, seperti teja berkilau
dalam pendar cahaya matahari senja

alangkah tambun tubuhmu, emka
serupa puisi yang padat isi
berloncatanlah imaji dan ilusi
mewarnai garis warna pelangi

[Bersamamu Heru Emka]

lahir puisi di antara intermezo
di dunia nyata dan alam maya
semoga kita tak hanya memperbanyak mayat
namun senantiasa melayat langit dengan doa
sepenuh cinta


bengkel puisi swadaya mandiri, 2011

Minggu, 04 September 2011

PUISI DWI BAHASA DAM


Untuk berpartisipasi memenuhi undangan Panitia KOREA ASEAN POET LITERATURA FESTIVAL (KAPLF) yang diselenggarakan di Pekanbaru 25--29 Oktober 2011 dengan tema SOUND OF ASIA: Malay World Heritage akan hadir 5 penyair Korea Selatan, 22 penyair Asia Tenggara, 2 partisipan dari Malaysia, Singapore, Brunei, Philiphins, Burma, Myanmar, Laos, Vietnam, Kamboja, dan Timor Leste, serta 50 penyair Indonesia terpilih oleh dewan kurator. Panitia meminta 8 puisi dalam bahasa Indonesia dan Inggris. DAM ingin berbagi dan meminta masukan, sebab dalam seminar juga akan dikemukakan proses kreatif masing-masing penyair (DAM menyiapkan sebuah esai untuk itu). Mohon kritik, saran,dan pandangan dari teman-teman sekalian

Salam DAM



ZIARAH CINTA
: refleksi 6 tahun tsunami

 /1/
telah kau bubuhkan tanda luka di dada laut
di kedalaman palung terdalam
lewat riak yang mengombak
lewat gelombang kasih sayang
yang menyapu kata dan laku
di antara luka doa mencinta

/2/
aku menyisir jazirah
memunguti remah puisi
kuziarahi kuburan massal tanpa nisan
doa tumbuh sebagai rumput
dan bendera yang berkibar

/3/
usai tsunami aku menjadi kapal besar yang terdampar
menjadi lantai ubin dingin mesjid raya baiturrahman
menciumi kedai kupi ulee kareng
mencumbui gerai rambut dan kabut

 hotel jeumpa banda aceh, 25 desember 2010

A LOVELY VISIT
the reflection of 6 years tsunami


/1/
you have signed a seriously insulted on the chest of the sea
in the deepest riverbed
through the ripples of rolling waves
through the waves of love
that wipe off the words and behaviors
among the insult pray love

/2/
i walk along the shore
taking the crumbs of the poem
i visit the mass graves without gravestones
pray appears as grass
and the wavy flag

/3/
after the tsunami i become a cast giant ship
become cold floortile of baiturrahmn mostque
smell the coffe shop of ulee kareng
flatter the loosen hair and mist

hotel jeumpa banda aceh, 25 decemcer 2010



LONCENG BERKELENENGAN [KELAHIRAN ITU]

di kandang domba
hampir tengah malam
bintang jatuh
angin
dingin
lahir
bayi
suci

lonceng lalu berkelenengan
pucukpucuk cemara
menunjuk langit
kerjap bintang 
kapas salju

ada yang terasa lepas 
dari sela jemari
melesat dari dada:
haleluya!

Hotel Jeumpa Banda Aceh, 2010


BELL RINGING

in the  sheeppen (Lamb of God)
in the midnight
the star fell
wind
cold
born
a baby
holy
then bell was ringing
the leaves of casuarina tree
pointed to the sky
twinkle of the stars
cotton snow

there was something loose
from the fingers
fell from the chest
hallelujah!

Hotel Jeumpa, Banda Aceh 2010




DHAPU KUPI


di dapur, ibu menyeduh kopi ulee kareng  
uap dan asapnya mengepulkan harap dan nikmat
lalu di cangkir yang terhidang di meja itu
mengapung seraut wajah bocah hitam manis
dalam senyum yang ranum

inikah wajah rencong itu?
pada asap dan aroma kopi yang kureguk
terasa ada sesuatu yang selebat asap
kuharap sendok demi sendok yang kuaduk
mencairkan segala doa dan luka

dalam cangkir kopi
di genang kenangan
segala rasa berenang ke tepian ranjang
menjelma pusaran dan gelombang
dan kita kembali erat berdekapan


hotel jeumpa banda aceh, 24 desember 2010


DHAPU KUPI

In the kitchen, the mother made a cup of coffee ulee kareng
the steam and smoke evaporated expectation and comfort
then on the table there was a cup of coffee
appeared a sweet baby face
with the sweet smile
was it the rencong?
of the steam and smoke that i swallowed
there was a flash taste of smoke
i stirred the coffee spoon by spoon
to melt the whole insult and pray

in the cup of coffee
there was a memory
all feelings swam to the edge of the bed
became eddy and wave
and we tightly hug


hotel jeumpa banda aceh, 24 december 2010



SALAM JEUMPA, IBU


sayap kataku sepagi ini kembali melangit
di serambi mekah. mekarlah kerinduan yang rindang
tembang menggema di bandara sultan iskandar muda
merayap di ruang hotel jeumpa
mencair di dhapukupi

kulihat senyummu netes bersama kuah mie
di antara kepiting rebus, tempe dan tahu
yang kautahu semua itu adalah pendar doaku

salam jeumpa ibu
aku telah menjadi gerakan anak merdeka [gam]
dan diamdiam terus menampung getar kerinduan
sepagi ini, ibu, aku bersua dengan suarasuara
dan makna mengendap di luas sajadah membasah

hotel  jeumpa, kamar 203


NICE TO SEE YOU, MOTHER

the wing so early flew, i said
in the serambi mekah the deep yearning was blooming
the song was reverberating in sultan iskandar muda airport
creeped over the room of hotel jeumpa
melted in the coffee shop
i saw your smile and tear dropped into the bowl of noodle
among the boiled crab, tempe, and tahu
what you know those were my phosphorescent pray

nice to see you mother
i have become a hero for freedom
and secretly keep holding the yearning
so early, mother, i heard the voices
and sense settled on the wide and wet prayer rug

hotel jeumpa, room 203



LARUNG RINDU

begitu ingin kukisahkan
perigi rindu di gurun sunyiku*)
begitulah awal langkah menapakkan jejak
di pantaimu; aku menemu riak dan ombak
mencumbu karang, teripang, segala bayang

di pantai ini kembali kutangkap gelinjang rindu
berdesir  di atas pesisir; kusisir rambut waktu
yang tergerai dan tak lelah kuurai dengan jemari bergetar
masih kurasakan sisa isak terakhir saat angin berdesir
dan kuabadikan pada sebuah rendezvous
saat dirimu begitu nervous dan aku serupa ahasveros
tak letih mengeja erros

begitu ingin kukisahkan
perigi rindu di gurun sunyiku*)
lewat desir angin penuh ingin
di tengah pergulatan menahan kerinduan


bengkel puisi swadaya mandiri jambi, 2010
*) larik puisi "Larung Rindu" karya Heru Emka


FLOAT YEARNING

i really wanted to say
well yearning on the lonely desert*)
that was the beginning of  stepping the foot
on your shore, i found  ripple and wave
flatteried the coral, sea slug, all shadow

on this shore again i caught the jump up and down of yearning
rustling on the beach, i harrowed  time hair
i hang hair down with the tremble fingers
i still felt the last crying and sobbing when the wind rustling
and i carved on the rendezvous
when you were so nervous, i was like ahasveros
untired of catching the erros

i really wanted to say
well yearning on the lonely desert*)
through the rustling wind full of desire
in fighting the yearning     

bengkel puisi swadaya mandiri jambi, 2010
*) “Larung Rindu” by Heru Emka


PESAN ADAM

saat kejadian:
adam sendiri di bawah pohon kuldi
jakunnya naikturun sendiri
mengunyah sepi
lalu "Kun"
hawa menemani
merajut kesetiaan purbani

monyetmonyet bergelantungan di dahan
berkembang biak melahairkan darwin
mereka berkawan dan kawin
lahirlah evolusi sejarah
menghilangnya ekor demi ekor
melupa dalil dan dogma

:
ada cinta di mesjid
ada sapa di gereja
ada makna di vihara
ada kata di pundipundi 
jadilah puisi


bengkel puisi swadaya mandiri, 2010


ADAM’S MESSAGE

when the  creation
adam was alone under the kuldi tree
adam’s apple went up and down
chewing the quietness
then ‘Kun’
hawa accompanied him
netted the primeval faithfulness

monkeys hang on the trees
proliferated darwin
they mingled and married
born the historical evolution
lost them one by one
forgot the theory and dogma

there was love in the mosque
there was greeting the church
there was sense in the vihara
there was saying in the purse
it became a poem

bengkel puisi swadaya mandiri, 2010


AQUARIUM DAN GELOMBANG CINTA


dalam aquarium ini ikanikan berenang
di antara karang
dan gelombang cinta

pendar cahaya lampu
kilau air bening
gericik doa

ikanikan melahap setumpuk hasrat
penuh harap
meski terkadang megapmegap



bengkel puisi swadaya mandiri, 2010



AQUARIUM AND WAVE OF LOVE

in this aquarium the fishes were swimming
among the coral
and the wave of love
the phosphorescent of the light
the shine of the pure water
sound of pray

the fishes swallowed a great amount of desire
full of expectation
though sometimes panted

bengkel puisi swadaya mandiri, 2010

YESSIKA, BUNGA DAN KUPUKUPU

jelang tutup buku, di halaman terakhir
kembali aku mengukir namamu: yessika
sebuah puisi cinta beraroma bunga

dalam puisi yang kutulis itu wajahmu terhampar
di  antara kelopak bunga dan kupukupu mengepakkan
sayapsayap harap: ah, kaligrafi namamu
menyumbulkan rindu yang rindang
dan suaramu mengalunkan qasidah keagungan

jadilah kupukupu bagiku, yessika
gerakkan jemari lentik itu menyentuh serbuk putiksari
hingga kelak dari rahim waktu lahir anakanak sajak
yang tak lelah mengecup kelopak
namanama harum bunga

 bengkel puisi swadaya mandiri, 17-12-2010

 YESSIKA, FLOWER AND BUTTERFLY

at the end of the book, on the last page
again i wrote my name: yessika
a lovely poem full of flower

there was your face on the poem that i wrote
among the sheath of the flower and butterfly flew
the expected wings: ah, calligraphy was your name
showing the deep yearning
and your voice sang the grandeur kasidah

be a butterfly for me, yessika
move those curve fingers touching the pollen
finally from time to time born new verses
who are not tired of kissing the sheath
the names of fragrant flower

 bengkel puisi swadaya mandiri,17-12- 2010