Untuk berpartisipasi memenuhi undangan Panitia KOREA ASEAN POET LITERATURA FESTIVAL (KAPLF) yang diselenggarakan di Pekanbaru 25--29 Oktober 2011 dengan tema SOUND OF ASIA: Malay World Heritage akan hadir 5 penyair Korea Selatan, 22 penyair Asia Tenggara, 2 partisipan dari Malaysia, Singapore, Brunei, Philiphins, Burma, Myanmar, Laos, Vietnam, Kamboja, dan Timor Leste, serta 50 penyair Indonesia terpilih oleh dewan kurator. Panitia meminta 8 puisi dalam bahasa Indonesia dan Inggris. DAM ingin berbagi dan meminta masukan, sebab dalam seminar juga akan dikemukakan proses kreatif masing-masing penyair (DAM menyiapkan sebuah esai untuk itu). Mohon kritik, saran,dan pandangan dari teman-teman sekalian
Salam DAM
ZIARAH CINTA
: refleksi 6 tahun tsunami
/1/
telah kau bubuhkan tanda luka di dada laut
di kedalaman palung terdalam
lewat riak yang mengombak
lewat gelombang kasih sayang
yang menyapu kata dan laku
di antara luka doa mencinta
/2/
aku menyisir jazirah
memunguti remah puisi
kuziarahi kuburan massal tanpa nisan
doa tumbuh sebagai rumput
dan bendera yang berkibar
/3/
usai tsunami aku menjadi kapal besar yang terdampar
menjadi lantai ubin dingin mesjid raya baiturrahman
menciumi kedai kupi ulee kareng
mencumbui gerai rambut dan kabut
hotel jeumpa banda aceh, 25 desember 2010
A LOVELY VISIT
the reflection of 6 years tsunami
/1/
you have signed a seriously insulted on the chest of the sea
in the deepest riverbed
through the ripples of rolling waves
through the waves of love
that wipe off the words and behaviors
among the insult pray love
/2/
i walk along the shore
taking the crumbs of the poem
i visit the mass graves without gravestones
pray appears as grass
and the wavy flag
/3/
after the tsunami i become a cast giant ship
become cold floortile of baiturrahmn mostque
smell the coffe shop of ulee kareng
flatter the loosen hair and mist
hotel jeumpa banda aceh, 25 decemcer 2010
LONCENG BERKELENENGAN [KELAHIRAN ITU]
di kandang domba
hampir tengah malam
bintang jatuh
angin
dingin
lahir
bayi
suci
lonceng lalu berkelenengan
pucukpucuk cemara
menunjuk langit
kerjap bintang
kapas salju
ada yang terasa lepas
dari sela jemari
melesat dari dada:
haleluya!
Hotel Jeumpa Banda Aceh, 2010
BELL RINGING
in the sheeppen (Lamb of God)
in the midnight
the star fell
wind
cold
born
a baby
holy
then bell was ringing
the leaves of casuarina tree
pointed to the sky
twinkle of the stars
cotton snow
there was something loose
from the fingers
fell from the chest
hallelujah!
Hotel Jeumpa, Banda Aceh 2010
DHAPU KUPI
di dapur, ibu menyeduh kopi ulee kareng
uap dan asapnya mengepulkan harap dan nikmat
lalu di cangkir yang terhidang di meja itu
mengapung seraut wajah bocah hitam manis
dalam senyum yang ranum
inikah wajah rencong itu?
pada asap dan aroma kopi yang kureguk
terasa ada sesuatu yang selebat asap
kuharap sendok demi sendok yang kuaduk
mencairkan segala doa dan luka
dalam cangkir kopi
di genang kenangan
segala rasa berenang ke tepian ranjang
menjelma pusaran dan gelombang
dan kita kembali erat berdekapan
hotel jeumpa banda aceh, 24 desember 2010
DHAPU KUPI
In the kitchen, the mother made a cup of coffee ulee kareng
the steam and smoke evaporated expectation and comfort
then on the table there was a cup of coffee
appeared a sweet baby face
with the sweet smile
was it the rencong?
of the steam and smoke that i swallowed
there was a flash taste of smoke
i stirred the coffee spoon by spoon
to melt the whole insult and pray
in the cup of coffee
there was a memory
all feelings swam to the edge of the bed
became eddy and wave
and we tightly hug
hotel jeumpa banda aceh, 24 december 2010
SALAM JEUMPA, IBU
sayap kataku sepagi ini kembali melangit
di serambi mekah. mekarlah kerinduan yang rindang
tembang menggema di bandara sultan iskandar muda
merayap di ruang hotel jeumpa
mencair di dhapukupi
kulihat senyummu netes bersama kuah mie
di antara kepiting rebus, tempe dan tahu
yang kautahu semua itu adalah pendar doaku
salam jeumpa ibu
aku telah menjadi gerakan anak merdeka [gam]
dan diamdiam terus menampung getar kerinduan
sepagi ini, ibu, aku bersua dengan suarasuara
dan makna mengendap di luas sajadah membasah
hotel jeumpa, kamar 203
NICE TO SEE YOU, MOTHER
the wing so early flew, i said
in the serambi mekah the deep yearning was blooming
the song was reverberating in sultan iskandar muda airport
creeped over the room of hotel jeumpa
melted in the coffee shop
i saw your smile and tear dropped into the bowl of noodle
among the boiled crab, tempe, and tahu
what you know those were my phosphorescent pray
nice to see you mother
i have become a hero for freedom
and secretly keep holding the yearning
so early, mother, i heard the voices
and sense settled on the wide and wet prayer rug
hotel jeumpa, room 203
LARUNG RINDU
begitu ingin kukisahkan
perigi rindu di gurun sunyiku*)
begitulah awal langkah menapakkan jejak
di pantaimu; aku menemu riak dan ombak
mencumbu karang, teripang, segala bayang
di pantai ini kembali kutangkap gelinjang rindu
berdesir di atas pesisir; kusisir rambut waktu
yang tergerai dan tak lelah kuurai dengan jemari bergetar
masih kurasakan sisa isak terakhir saat angin berdesir
dan kuabadikan pada sebuah rendezvous
saat dirimu begitu nervous dan aku serupa ahasveros
tak letih mengeja erros
begitu ingin kukisahkan
perigi rindu di gurun sunyiku*)
lewat desir angin penuh ingin
di tengah pergulatan menahan kerinduan
bengkel puisi swadaya mandiri jambi, 2010
*) larik puisi "Larung Rindu" karya Heru Emka
FLOAT YEARNING
i really wanted to say
well yearning on the lonely desert*)
that was the beginning of stepping the foot
on your shore, i found ripple and wave
flatteried the coral, sea slug, all shadow
on this shore again i caught the jump up and down of yearning
rustling on the beach, i harrowed time hair
i hang hair down with the tremble fingers
i still felt the last crying and sobbing when the wind rustling
and i carved on the rendezvous
when you were so nervous, i was like ahasveros
untired of catching the erros
i really wanted to say
well yearning on the lonely desert*)
through the rustling wind full of desire
in fighting the yearning
bengkel puisi swadaya mandiri jambi, 2010
*) “Larung Rindu” by Heru Emka
PESAN ADAM
saat kejadian:
adam sendiri di bawah pohon kuldi
jakunnya naikturun sendiri
mengunyah sepi
lalu "Kun"
hawa menemani
merajut kesetiaan purbani
monyetmonyet bergelantungan di dahan
berkembang biak melahairkan darwin
mereka berkawan dan kawin
lahirlah evolusi sejarah
menghilangnya ekor demi ekor
melupa dalil dan dogma
:
ada cinta di mesjid
ada sapa di gereja
ada makna di vihara
ada kata di pundipundi
jadilah puisi
bengkel puisi swadaya mandiri, 2010
ADAM’S MESSAGE
when the creation
adam was alone under the kuldi tree
adam’s apple went up and down
chewing the quietness
then ‘Kun’
hawa accompanied him
netted the primeval faithfulness
monkeys hang on the trees
proliferated darwin
they mingled and married
born the historical evolution
lost them one by one
forgot the theory and dogma
there was love in the mosque
there was greeting the church
there was sense in the vihara
there was saying in the purse
it became a poem
bengkel puisi swadaya mandiri, 2010
AQUARIUM DAN GELOMBANG CINTA
dalam aquarium ini ikanikan berenang
di antara karang
dan gelombang cinta
pendar cahaya lampu
kilau air bening
gericik doa
ikanikan melahap setumpuk hasrat
penuh harap
meski terkadang megapmegap
bengkel puisi swadaya mandiri, 2010
AQUARIUM AND WAVE OF LOVE
in this aquarium the fishes were swimming
among the coral
and the wave of love
the phosphorescent of the light
the shine of the pure water
sound of pray
the fishes swallowed a great amount of desire
full of expectation
though sometimes panted
bengkel puisi swadaya mandiri, 2010
YESSIKA, BUNGA DAN KUPUKUPU
jelang tutup buku, di halaman terakhir
kembali aku mengukir namamu: yessika
sebuah puisi cinta beraroma bunga
dalam puisi yang kutulis itu wajahmu terhampar
di antara kelopak bunga dan kupukupu mengepakkan
sayapsayap harap: ah, kaligrafi namamu
menyumbulkan rindu yang rindang
dan suaramu mengalunkan qasidah keagungan
jadilah kupukupu bagiku, yessika
gerakkan jemari lentik itu menyentuh serbuk putiksari
hingga kelak dari rahim waktu lahir anakanak sajak
yang tak lelah mengecup kelopak
namanama harum bunga
bengkel puisi swadaya mandiri, 17-12-2010
YESSIKA, FLOWER AND BUTTERFLY
at the end of the book, on the last page
again i wrote my name: yessika
a lovely poem full of flower
there was your face on the poem that i wrote
among the sheath of the flower and butterfly flew
the expected wings: ah, calligraphy was your name
showing the deep yearning
and your voice sang the grandeur kasidah
be a butterfly for me, yessika
move those curve fingers touching the pollen
finally from time to time born new verses
who are not tired of kissing the sheath
the names of fragrant flower
bengkel puisi swadaya mandiri,17-12- 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar