Sabtu, 19 Februari 2011

BUNGA KERTAS DI MESJID RAYA BAITURRAHMAN

(Dimas Arika Mihardja, Jambi-Indonesia)

usai sudah kucium ubin dingin sebagai sajadah
di halaman mesjid tumbuh berjuta bunga kertas
berbuah aneka pesan tsunami
pada sebuah pohon kertas kembali kutulis pesan langit
tentang kebangkitan dan isyarat-isyarat
yang menuntun ke sebuah alamat:
kuburan massal tanpa nisan

usai sudah kucium ubin dingin sebagai sajadah
hati kembali teriris saat rumput-rumput di pemakaman
menuding langit dan pengembala mengayunkan arit
memangkasnya, padahal di bawah akar rumput itu
berjuta jasad tanpa nama menghormat bendera di atasnya
padahal deru kendaraan di sepanjang jalan ini terus mengepulkan asap
menerbangkan debu ke langit biru hatiku

usai sudah kucium ubin dingin sebagai sajadah
aku bukan teroris atau turis
aku hanyalah musyafir yang mampir melantunkan tembang duka
bagi aceh, bagi sejuta hati yang tertoreh pada pohon kertas
yang digores oleh jemari tangan gemetar di halaman mesjid Baiturrahman
"ya Rahman, begitu dalam luka mengangakan doa
Perkenankan rencongku kembali berkilau dalam ketajaman
memungut puing-puing peradaban yang berserakan

bengkel puisi swadaya mandiri, 2011
+ oleh-oleh ziarah cinta sepanjang jejak tsunami 21-25 desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar