menatap mulut lorong ini aku dengar lolong
menyisir lekukliku rindu yang rindang
masuk di ruang gelap semalaman aku meraba kelam
mabuk di celah bukit dan lembah yang basah
ada desah pasrah menggelinjang di ranjang
aku pun terbang di sela stalagtit dan stalakgit menebar berjuta magnit
melangitkan cinta rindu
menggigilkan rasa girang yang rindang
yang merinding
mulai kupahami :
hidup dari lorong ke lorong
dari rahim ke rahim-Nya
lalu sepi menyileti
dan nyeri ngucap kalimat tobat
hati kembali suci terkafani
sepikat cinta, sepekat noda dosa
kembali memisteri : lorong di hidung
menafaskan hidup;
lolong di sepanjang lorong
jalan dan gang mengejang
mengajak pulang
ke asal mula lorong:
a l a n g k a h p a n j a n g
lolong di lorong ini saat senyap kembali mengerjap
dan menyergap!
bengkel puisi swadaya mandiri jambi, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar