Kamis, 24 Februari 2011

SAJAK LOLONG SEPANJANG LORONG

menatap mulut lorong ini  aku dengar lolong
        menyisir lekukliku rindu yang rindang
              masuk di ruang gelap semalaman aku meraba kelam
                           mabuk di celah bukit dan lembah yang basah
                       ada desah pasrah menggelinjang di ranjang
aku  pun terbang di sela stalagtit dan stalakgit menebar berjuta magnit
        melangitkan cinta rindu
               menggigilkan rasa girang yang rindang
                            yang merinding
mulai kupahami :
        hidup dari lorong ke lorong
dari rahim  ke rahim-Nya

lalu sepi menyileti
dan nyeri ngucap kalimat tobat
hati kembali suci terkafani
sepikat cinta, sepekat noda dosa
kembali memisteri : lorong di hidung
menafaskan hidup;
           lolong di sepanjang lorong
jalan dan gang mengejang
mengajak pulang
ke asal mula lorong:
a   l   a   n   g   k   a   h           p   a   n   j   a   n   g
lolong di lorong ini saat senyap kembali mengerjap
dan menyergap!


bengkel puisi swadaya mandiri jambi, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar