DEMI MASA, YESSIKA MENEGURMU
kita telah membaca lembar awal diary yessika
demi masa, yessika memberi sinyal tentang makna senyum pada daun
dan gerak pendulum. yessika menegurmu ketika podium dan mimbar meneriakkan katakata
yang tak layak kalian simak. jalan penuh batu dan debu.
hati ditumbuhi benalu waktu.
demi masa, yessika menulis sajak dengan tinta cinta
apakah yang kalian raih dengan kesiasiaan?
demi masa, kembalilah belajar mengeja huruf dan menyusunnya menjadi doa
menyusun rimbun kata menjadi hutan makna
menyusun jari merapat ke hati
desmi masa, hentikan perjalanan tanpa rambu
kembalilah pada isak ibumu. ciumilah di telapak kakinya
sebab kalian hanyalah debu di kakiku
menangislah seperti abu di akhir pembakaran
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
kita telah membaca lembar awal diary yessika
demi masa, yessika memberi sinyal tentang makna senyum pada daun
dan gerak pendulum. yessika menegurmu ketika podium dan mimbar meneriakkan katakata
yang tak layak kalian simak. jalan penuh batu dan debu.
hati ditumbuhi benalu waktu.
demi masa, yessika menulis sajak dengan tinta cinta
apakah yang kalian raih dengan kesiasiaan?
demi masa, kembalilah belajar mengeja huruf dan menyusunnya menjadi doa
menyusun rimbun kata menjadi hutan makna
menyusun jari merapat ke hati
desmi masa, hentikan perjalanan tanpa rambu
kembalilah pada isak ibumu. ciumilah di telapak kakinya
sebab kalian hanyalah debu di kakiku
menangislah seperti abu di akhir pembakaran
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
MEMBACA YESSIKA
saat membaca kalam. semuanya melindap.
hanya isyarat meriwayatkan ayatayat.
kesenyapan benarbenar terasa menyergap, dan hati
tersayatsayat. gelap. aku tergagap. lalu cahaya
gemerlap memercikkan bunga api cintamu, yessika
di dada hanya degup yang berdegap
suara guruh yang gaduh, suarasuara
mengaduh. aku bersimpuh
melepuh
yessika, cahayakan hati. cahayakan lagi
cahayakan api berwarna pelangi,
cahayakan. senyap menyergap
semuanya kembali melindap!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
saat membaca kalam. semuanya melindap.
hanya isyarat meriwayatkan ayatayat.
kesenyapan benarbenar terasa menyergap, dan hati
tersayatsayat. gelap. aku tergagap. lalu cahaya
gemerlap memercikkan bunga api cintamu, yessika
di dada hanya degup yang berdegap
suara guruh yang gaduh, suarasuara
mengaduh. aku bersimpuh
melepuh
yessika, cahayakan hati. cahayakan lagi
cahayakan api berwarna pelangi,
cahayakan. senyap menyergap
semuanya kembali melindap!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
INI DAGING, YESSIKA ...
: mas wilu ningrat
ini sejarah daging, mas wilu. padahal yessika tak mau daging
ia tak mengunyah roti, tak suka sanjungpuji. tapi ini riwayat daging
yang berjalan di bibir pantai, menyisir desir dan menafsir arah angin
semilir. di tepi laut yang hidup sering bertaut dua daging yang berdoa
semoga abadi. padahal kekal dan abadi hanyalah milik yessika,
ya ia yang esa.
di pantai, riak mencipta ombak. ombak mendesak gelombang
dan gelombang mempermainkan lidah yang menjilati dagingdaging
kering. dagingdaging yang tak berkening dan berhati. tak. daging
yang berjalan hanya menyisir desir pasir, melukis wajah hati yang digilas
riak yang mengombak.
ini sejarah daging, mas wilu. memandangnya, sungguh aku merasa ngilu
dan ingin membasuh dagingdaging itu dengan air wudlu, bening danau
kicau murai atau burung gereja pagi hingga petang. ini daging lelaki dan wanita
yang berjalan menyisir pantai landai,
melupa yessika!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
: mas wilu ningrat
ini sejarah daging, mas wilu. padahal yessika tak mau daging
ia tak mengunyah roti, tak suka sanjungpuji. tapi ini riwayat daging
yang berjalan di bibir pantai, menyisir desir dan menafsir arah angin
semilir. di tepi laut yang hidup sering bertaut dua daging yang berdoa
semoga abadi. padahal kekal dan abadi hanyalah milik yessika,
ya ia yang esa.
di pantai, riak mencipta ombak. ombak mendesak gelombang
dan gelombang mempermainkan lidah yang menjilati dagingdaging
kering. dagingdaging yang tak berkening dan berhati. tak. daging
yang berjalan hanya menyisir desir pasir, melukis wajah hati yang digilas
riak yang mengombak.
ini sejarah daging, mas wilu. memandangnya, sungguh aku merasa ngilu
dan ingin membasuh dagingdaging itu dengan air wudlu, bening danau
kicau murai atau burung gereja pagi hingga petang. ini daging lelaki dan wanita
yang berjalan menyisir pantai landai,
melupa yessika!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
MEMINANGMU, YESSIKA
saat februari memanen bunga cinta, aku datang meminangmu yessika.
kubingkiskan padamu sebuah hati yang merekahkan tahiyat awal
di antara jeda, sebelum pada akhirnya kita berciuman
di luas sajadah cinta. terimalah mahar cintaku, yessika
sebuah puisi yang merisalahkan rubaiyat matahati
yessi, di ranjang ini sama kita urai misteri matahari
dan rembulan. jangan gerhanakan lagi api cemburu
yang selalu memburu, membakar gelisah rasa
di beranda ini, yessi
kita untai dan urai misteri jarak
dalam nafas menggelegak!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
saat februari memanen bunga cinta, aku datang meminangmu yessika.
kubingkiskan padamu sebuah hati yang merekahkan tahiyat awal
di antara jeda, sebelum pada akhirnya kita berciuman
di luas sajadah cinta. terimalah mahar cintaku, yessika
sebuah puisi yang merisalahkan rubaiyat matahati
yessi, di ranjang ini sama kita urai misteri matahari
dan rembulan. jangan gerhanakan lagi api cemburu
yang selalu memburu, membakar gelisah rasa
di beranda ini, yessi
kita untai dan urai misteri jarak
dalam nafas menggelegak!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
PESAN YESSIKA PADA HALAMAN MUKA
pada halaman muka, setelah bismillahirrohmanirrohim
yessika menuliskan pesan singkat serupa ayat:
lihatlah pohonpohon hayat yang tak lelah meriwayatkan
kerinduan mendalam. akar-nya menghunjam tanah, tanah
menyangga batang yang bercabang. reranting kering
akan berganti tunas yang baru. bacalah, di daundaun yang merindang
tergurat urat yang mendedahkan hidup yang kian kuyup
pada halaman muka juga, tertulis kaligrafi yang indah:
Iqro' Bismirobbikal ladzii Kholaq, bacalah dengan nama tuhanmu
pokokpokok kayu yang menyangga hidupmu. bacalah
hanya semata kehendak-nya. pohon hayat selalu saja
menyenandungkan pujapuji bersama angin yang lesat
bersama kicau murai dan burung gereja
pada halaman muka, di setiap pinggirnya terhias
pigura berdinding kaca. bercerminlah pada bening danau
membasuh wajah resah waktu dan tinggalah di kedalaman
dekapku!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
pada halaman muka, setelah bismillahirrohmanirrohim
yessika menuliskan pesan singkat serupa ayat:
lihatlah pohonpohon hayat yang tak lelah meriwayatkan
kerinduan mendalam. akar-nya menghunjam tanah, tanah
menyangga batang yang bercabang. reranting kering
akan berganti tunas yang baru. bacalah, di daundaun yang merindang
tergurat urat yang mendedahkan hidup yang kian kuyup
pada halaman muka juga, tertulis kaligrafi yang indah:
Iqro' Bismirobbikal ladzii Kholaq, bacalah dengan nama tuhanmu
pokokpokok kayu yang menyangga hidupmu. bacalah
hanya semata kehendak-nya. pohon hayat selalu saja
menyenandungkan pujapuji bersama angin yang lesat
bersama kicau murai dan burung gereja
pada halaman muka, di setiap pinggirnya terhias
pigura berdinding kaca. bercerminlah pada bening danau
membasuh wajah resah waktu dan tinggalah di kedalaman
dekapku!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
DALAM DIARIKU, HANYA ADA YESSIKA
bukalah halaman pertama, nama yessika tersenyum
menyapamu dengan hangat. seraut wajah
yang menyemburatkan gairah, mawar merekahkan aura-nya
yessika selalu hadir melengkapi harihari bersama cahaya mentari
ia tak lelah meskipun bersamanya terasa meleleh. jessika
tiap malam memainkan melodi dan menyenandungkan
gita sejuta rahasia. yessika selalu menebar pesona
penuh getar menawarkan magma makna. ia tak selesai diurai
selalu memisteri dan menyuntikkan energi api. yessika
menuliskan pesan singkat, tapi selamanya selalu kuingat
: "berjalanlah hanya pada arah yang benar"
dan aku lantas tergetar. senar jiwaku serupa riak yang jadi ombak
menjelma gelombang yang tak pernah surut. yessika
ialah sihir yang menjelma dzikir!
Bengkel Puisi Swadaya mandiri, Jambi 2010
bukalah halaman pertama, nama yessika tersenyum
menyapamu dengan hangat. seraut wajah
yang menyemburatkan gairah, mawar merekahkan aura-nya
yessika selalu hadir melengkapi harihari bersama cahaya mentari
ia tak lelah meskipun bersamanya terasa meleleh. jessika
tiap malam memainkan melodi dan menyenandungkan
gita sejuta rahasia. yessika selalu menebar pesona
penuh getar menawarkan magma makna. ia tak selesai diurai
selalu memisteri dan menyuntikkan energi api. yessika
menuliskan pesan singkat, tapi selamanya selalu kuingat
: "berjalanlah hanya pada arah yang benar"
dan aku lantas tergetar. senar jiwaku serupa riak yang jadi ombak
menjelma gelombang yang tak pernah surut. yessika
ialah sihir yang menjelma dzikir!
Bengkel Puisi Swadaya mandiri, Jambi 2010
EKSTASE, MALAM HUJAN
gerimiskan lagi pada bumi yang tengadah. pasrah
menyerahkan diri lewat gelinjang jemari malam hari. aku sakau
dipukau senyum-mu, sekarat saat meriwayatkan rubaiyat
pada tahiyat akhir: dzikir. dzikir
ngalir dan mencairkan hujan di mata. ricik-nya
membasuh debu di hati merindu. rintikkan lagi, gelitikkan
suara hujan menderas dalam hati. o, aku merasa jadi sungai
yang menghanyutkan kabut maut. aku menjadi ramarama berputar
mengelilingi rawa. o, gericikkan lagi irama hujan itu. aku
ingin cair dan mengalir
pada bidang dadamu yang telanjang
yang menggenang. aku hanya nyaman dan tenang
di keluasan pandang mata hujan berkilauan.
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
gerimiskan lagi pada bumi yang tengadah. pasrah
menyerahkan diri lewat gelinjang jemari malam hari. aku sakau
dipukau senyum-mu, sekarat saat meriwayatkan rubaiyat
pada tahiyat akhir: dzikir. dzikir
ngalir dan mencairkan hujan di mata. ricik-nya
membasuh debu di hati merindu. rintikkan lagi, gelitikkan
suara hujan menderas dalam hati. o, aku merasa jadi sungai
yang menghanyutkan kabut maut. aku menjadi ramarama berputar
mengelilingi rawa. o, gericikkan lagi irama hujan itu. aku
ingin cair dan mengalir
pada bidang dadamu yang telanjang
yang menggenang. aku hanya nyaman dan tenang
di keluasan pandang mata hujan berkilauan.
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
RITUS MATAHARI
setiap pagi, matahari mandi di telaga warna. ia mengambang
di atas riak dan ombak lalu menyelam bersama kabut yang diamdiam
tak mau susut. ia kadang membasuh wajahnya dengan embun
yang memercik dari jemari lentik. ia kadang tertegun di celah lembah
dan gununggunung. tiap pagi, matahari menyulam cahaya dan menghibahkannya
pada daun, menyempurnakan menguapnya embun
menjelang siang, matahari masih telanjang. ia bersahabat dengan angin
yang membisikkan pesan petualang: pulanglah ke balik kelam! angin
dan matahari menari dan saling tertarik pada larik sajak tentang bunga
dan gulagula. di atas langit cerlang, matahari memanggang insaninsan
malang, petualang tak kenal pulang. terus melenggang
senja menjemput matahari bersama doa. iringan kabut dengan ringan
turun di telaga, hinggap di dahandahan, dan berjalin-berkelindan
memanggil rembulan. upacara selesai, matahari kembali menuju peraduan
mengenakan jubah hitam!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
setiap pagi, matahari mandi di telaga warna. ia mengambang
di atas riak dan ombak lalu menyelam bersama kabut yang diamdiam
tak mau susut. ia kadang membasuh wajahnya dengan embun
yang memercik dari jemari lentik. ia kadang tertegun di celah lembah
dan gununggunung. tiap pagi, matahari menyulam cahaya dan menghibahkannya
pada daun, menyempurnakan menguapnya embun
menjelang siang, matahari masih telanjang. ia bersahabat dengan angin
yang membisikkan pesan petualang: pulanglah ke balik kelam! angin
dan matahari menari dan saling tertarik pada larik sajak tentang bunga
dan gulagula. di atas langit cerlang, matahari memanggang insaninsan
malang, petualang tak kenal pulang. terus melenggang
senja menjemput matahari bersama doa. iringan kabut dengan ringan
turun di telaga, hinggap di dahandahan, dan berjalin-berkelindan
memanggil rembulan. upacara selesai, matahari kembali menuju peraduan
mengenakan jubah hitam!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
RITUS SENJA
: mantra bunga
senja bersuci
mengunci diri sendiri
bulan berenang di ranjang,
terlentang bersama bintang
hujan di matamu,
menari sakau membiru
hutan di dadamu,
gemuruh gelorakan rindu memburu
kidung bunga mengembang
kicau burung melagu merdu
tujuh riitus senja
delapan muara sutra
kata cinta terbata, lantunkan doa
sehati setia
senja bersuci diri
ritual mengunci fantasi
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi, 2010
: mantra bunga
senja bersuci
mengunci diri sendiri
bulan berenang di ranjang,
terlentang bersama bintang
hujan di matamu,
menari sakau membiru
hutan di dadamu,
gemuruh gelorakan rindu memburu
kidung bunga mengembang
kicau burung melagu merdu
tujuh riitus senja
delapan muara sutra
kata cinta terbata, lantunkan doa
sehati setia
senja bersuci diri
ritual mengunci fantasi
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi, 2010
LUKISAN SENJA
langit putih ialah kanvas, seperti terkelupas. aku mencium
nafas pada awan yang isyaratkan hujan di matamu, kekasih
kukisahkan padamu tentang pendar warna pelangi, melengkung
di alis mata. ya, telah kita goreskan erang tertahan
di puncak malam penuh bintang.
sajak ini membisikkan suara kedalaman hati yang digoreskan
oleh kuas pada langitlangit cintaku. ya, hanya langitlah yang menyimpan
dan menyiapkan legitnya bercinta. kanvas langit hatiku penuh goresan kaligrafi
berbingkai mahligai.
pada cuaca pancaroba, tak lelah kulukis senyum mentari
yang selalu hadir dengan kesetiaan purba. bangkit. bangkitlah
dari rasa sakit encok, pegel linu, dan nyeri hari. di senjakala
kita purnamakan segenap rasa cinta sepenuh cahaya
di matamu, kekasih!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
langit putih ialah kanvas, seperti terkelupas. aku mencium
nafas pada awan yang isyaratkan hujan di matamu, kekasih
kukisahkan padamu tentang pendar warna pelangi, melengkung
di alis mata. ya, telah kita goreskan erang tertahan
di puncak malam penuh bintang.
sajak ini membisikkan suara kedalaman hati yang digoreskan
oleh kuas pada langitlangit cintaku. ya, hanya langitlah yang menyimpan
dan menyiapkan legitnya bercinta. kanvas langit hatiku penuh goresan kaligrafi
berbingkai mahligai.
pada cuaca pancaroba, tak lelah kulukis senyum mentari
yang selalu hadir dengan kesetiaan purba. bangkit. bangkitlah
dari rasa sakit encok, pegel linu, dan nyeri hari. di senjakala
kita purnamakan segenap rasa cinta sepenuh cahaya
di matamu, kekasih!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
BUKET BUNGA BAGI MEI HUA
kota melahirkan kata dan taman bunga. kita duduk di taman ini
merenda tangga nada, menguntai jemari melodi, menangkap puisi
yang terbang mengepakkan sayap malaikat. kita tangkap kelebat-nya
dalam rahasia wangi bunga dan mengabadikannya dalam gita
yang menggila. angin datang menggelombang
di rambutmu yang basah. burungburung kecil bersiul dan menyanyikan
serenada merah maroon, bunga merah, hati bergairah. kita simak kerisik
daun yang merimbun. rumput sujud melaratkan harap yang lindap. tak ada awan
udara terasa nyaman. gericik air memercikkan kedamaian. kehangatan
sengatan matahari bersipongggang menyanyikan balada sepanjang
jalan mendaki bukit. ya, bukit berbunga mengarumkan nirwana. ada juga
lembah dan desah kepasrahan dahan flamboyan. bougenvil menggigilkan
kerinduan tak terlunaskan. kita ngungun di hangat unggun sajak:
sama terisak!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
kota melahirkan kata dan taman bunga. kita duduk di taman ini
merenda tangga nada, menguntai jemari melodi, menangkap puisi
yang terbang mengepakkan sayap malaikat. kita tangkap kelebat-nya
dalam rahasia wangi bunga dan mengabadikannya dalam gita
yang menggila. angin datang menggelombang
di rambutmu yang basah. burungburung kecil bersiul dan menyanyikan
serenada merah maroon, bunga merah, hati bergairah. kita simak kerisik
daun yang merimbun. rumput sujud melaratkan harap yang lindap. tak ada awan
udara terasa nyaman. gericik air memercikkan kedamaian. kehangatan
sengatan matahari bersipongggang menyanyikan balada sepanjang
jalan mendaki bukit. ya, bukit berbunga mengarumkan nirwana. ada juga
lembah dan desah kepasrahan dahan flamboyan. bougenvil menggigilkan
kerinduan tak terlunaskan. kita ngungun di hangat unggun sajak:
sama terisak!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
SETELAH HURUHARA, BUNGA ITU CINTAKU
setelah huruhara, bunga itu cintaku tetap menebarkan
wangi-nya. kita hirup lembut aura warna jingga yang singgah
saat senja. di beranda ini tumbuh menyemak semerbak bunga
merah merekah indah. biru merindu cumbu. kuning mengerling jemari
kasih sayang. putih membagi kasih. bunga itu
tumbuh juga di taman hati. mengorak kelopak
gelegak sajak. helaihelai belaian jemari tangantangan kasih
tak letih meneteskan embun pada hijau daun. bunga itu
kasihku, mengabadikan rasa terdalam
di kedalaman genggam
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
setelah huruhara, bunga itu cintaku tetap menebarkan
wangi-nya. kita hirup lembut aura warna jingga yang singgah
saat senja. di beranda ini tumbuh menyemak semerbak bunga
merah merekah indah. biru merindu cumbu. kuning mengerling jemari
kasih sayang. putih membagi kasih. bunga itu
tumbuh juga di taman hati. mengorak kelopak
gelegak sajak. helaihelai belaian jemari tangantangan kasih
tak letih meneteskan embun pada hijau daun. bunga itu
kasihku, mengabadikan rasa terdalam
di kedalaman genggam
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
KENDURI AIRMATA
ini airmata bunda. silakan diminum saat dahaga, o, anak lanang
yang melupa pulang. dahagamu menggenangi jalan
dan tumpah di senayan. ini airmata terus saja mengalir tapi tak mampu menyetir dan menyihir
pola pikirmu. seperti spiral, pikiranmu berputarputar di sekitar pusar. engkau
seperti pasar yang menjajakan makanan instan.
ini airmata bunda. perasan segala perasaan duka. o, anak perawan
yang merenda masa depan. kenapa engkau selalu saja berbincang tentang lelaki
penungang kuda yang akan menjemputmu ke istana? istana dihuni oleh orangorang
yang suka bergoyang. di istana mereka merayakan resepsi dan kenduri, purapura
bertanggung jawab kasus century.
ini airmata bunda. santaplah
kala kalian kehausan!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
ini airmata bunda. silakan diminum saat dahaga, o, anak lanang
yang melupa pulang. dahagamu menggenangi jalan
dan tumpah di senayan. ini airmata terus saja mengalir tapi tak mampu menyetir dan menyihir
pola pikirmu. seperti spiral, pikiranmu berputarputar di sekitar pusar. engkau
seperti pasar yang menjajakan makanan instan.
ini airmata bunda. perasan segala perasaan duka. o, anak perawan
yang merenda masa depan. kenapa engkau selalu saja berbincang tentang lelaki
penungang kuda yang akan menjemputmu ke istana? istana dihuni oleh orangorang
yang suka bergoyang. di istana mereka merayakan resepsi dan kenduri, purapura
bertanggung jawab kasus century.
ini airmata bunda. santaplah
kala kalian kehausan!
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
RANJANG IBU
: balai sidang senayan
ranjang ibu semakin memanjang dan mengejang, anak pertama, nurani,
sibuk dengan teori bagaimana menghilangkan nyeri sendi dan sprei. anak
kedua, orasi, sibuk menebar janji di atas panjipanji partai yang merantai tangan ibu. anak
ketiga, operasi, setiap hari hanya memikirkan kencan di hotel mewah
untuk rapat kemudian merapat. anak keempat, koperasi, ngenes dan hampir mati
lantaran tak kuasa menyediakan pangan. anak kelima, pengelana, entah
merambah hutan atau lembah yang mana. ibu menjadi kejang-kejang
dan encoknya kambuh. anak-anak ibu sungguh tidak tahu cara terbaik
memanjakannya atau sekadar memanjatkan doa. wajah ibu adalah ranjang kusam
dan berantakan lantaran anak-anaknya bermain petak umpet di atasnya. anakanak ibu lasak
dan suka ribut, sehingga sprei itu semakin kusut. o, bapa angkasa
ibu pertiwi,
tragedi apalagi yang akan terjadi?
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
(balai sidang senayan adalah ranjang ibu)
: balai sidang senayan
ranjang ibu semakin memanjang dan mengejang, anak pertama, nurani,
sibuk dengan teori bagaimana menghilangkan nyeri sendi dan sprei. anak
kedua, orasi, sibuk menebar janji di atas panjipanji partai yang merantai tangan ibu. anak
ketiga, operasi, setiap hari hanya memikirkan kencan di hotel mewah
untuk rapat kemudian merapat. anak keempat, koperasi, ngenes dan hampir mati
lantaran tak kuasa menyediakan pangan. anak kelima, pengelana, entah
merambah hutan atau lembah yang mana. ibu menjadi kejang-kejang
dan encoknya kambuh. anak-anak ibu sungguh tidak tahu cara terbaik
memanjakannya atau sekadar memanjatkan doa. wajah ibu adalah ranjang kusam
dan berantakan lantaran anak-anaknya bermain petak umpet di atasnya. anakanak ibu lasak
dan suka ribut, sehingga sprei itu semakin kusut. o, bapa angkasa
ibu pertiwi,
tragedi apalagi yang akan terjadi?
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
(balai sidang senayan adalah ranjang ibu)
SUARA JALANAN DAN OPERA BINATANG
suara knalpot dan debu jalanan berlabuh di paruparu. kota, memanen
aneka kata yang berebut bicara. kata benda berdesak dengan kata kerja
saling banting dengan kata sifat. kulihat merah putih berkibar letih di tiang jemuran
dan aku merekamnya dengan handycam kusam. suara guruh di luar gedung
tersambung suara gemuruh di dalam gedung melengkung. suara berdengung
bagai lebah beterbangan mengitari merah putih yang letih di tiang jemuran.
aku kembali merekam otototot yang keluar dari lengan terkepal. saling dorong
menyorongkan gagasan, menyerongkan pesan. mereka bergerak saling mendesakkan
kepentingan. aku melihat kertaskertas suara yang dulu diberikan oleh rakyat
beterbangan di udara hampa. seekor garuda
melintas dan hinggap di dahan kamboja. lalu kelelawar, burung pemangsa
serigala, atau domba berlarian di lorong, kuda berganti warna. rumput mengering di kening
ilalang terus bergoyang melupa waktu sembahyang. merah putih tak letih
berkibar. garuda mengangkasa. penguasa melupa janjinya. rakyat
turun ke jalan menjadi debu.
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
suara knalpot dan debu jalanan berlabuh di paruparu. kota, memanen
aneka kata yang berebut bicara. kata benda berdesak dengan kata kerja
saling banting dengan kata sifat. kulihat merah putih berkibar letih di tiang jemuran
dan aku merekamnya dengan handycam kusam. suara guruh di luar gedung
tersambung suara gemuruh di dalam gedung melengkung. suara berdengung
bagai lebah beterbangan mengitari merah putih yang letih di tiang jemuran.
aku kembali merekam otototot yang keluar dari lengan terkepal. saling dorong
menyorongkan gagasan, menyerongkan pesan. mereka bergerak saling mendesakkan
kepentingan. aku melihat kertaskertas suara yang dulu diberikan oleh rakyat
beterbangan di udara hampa. seekor garuda
melintas dan hinggap di dahan kamboja. lalu kelelawar, burung pemangsa
serigala, atau domba berlarian di lorong, kuda berganti warna. rumput mengering di kening
ilalang terus bergoyang melupa waktu sembahyang. merah putih tak letih
berkibar. garuda mengangkasa. penguasa melupa janjinya. rakyat
turun ke jalan menjadi debu.
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar